Pinjol dan Data Kemiskinan yang Menganut Sistem "Asal Bapak Senang"
Orang butuh Pinjol karena gak punya duit. Orang gak punya duit karena miskin. Orang miskin karena hidup di negara miskin. Sedangkan, negara miskin disebabkan banyak faktor.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasi Kamis, 15 Juli 2021, jumlah penduduk miskin Indonesia per akhir Maret 2021 tercatat 27,54 juta orang.
Jumlah ini turun 0,01 juta orang dibanding akhir September 2020. Tapi jika dibandingkan akhir Maret 2020, naik 1,12 juta orang. Dampak pandemi Corona kelihatan jelas di situ.
Indikator miskin adalah: Pengeluaran per kapita per bulan Rp472.525. Jika dikalkulasi per kapita per hari Rp15.750.
Gampangnya, orang (tua-muda, pria-wanita) yang bisa hidup dengan pengeluaran Rp 15.750 per hari ke atas, disebut (oleh BPS) tidak miskin. Kalau di bawah itu, berarti miskin.
Di kawasan paling kumuh Jakarta, sekitaran Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, jika pagi ada penjual nasi uduk harga Rp7.000 per bungkus. Isinya, nasi uduk plus bihun dan tempe orek, disiram sambal.
Pembeli yang minta dispensasi harga Rp6.000, boleh. Tanpa bihun dan tempe orek. Cuma nasi uduk disiram sambal. Pedes, biar lahap. Minumnya air putih, gratis.
Indikator kemiskinan BPS adalah itu. Nasi uduk disiram sambal Rp6.000. Makan sehari tiga kali, ketemu Rp18.000. Sudah melebihi batas BPS Rp15.750. Berarti, orang tersebut disebut: Tidak miskin.
Tanpa pergi-pergi, yang berarti butuh uang transpor. Mandi tanpa sabun, menggosok badan dengan batu bata, menyikat gigi dengan itu pula. Terpenting: Jangan pernah sakit. Pun, tidak sekolah.
Katakanlah, indikator miskin dinaikkan (rasional) jadi Rp2,1 juta per kapita per bulan. Atau Rp70.000 per kapita per hari. Entah, berapa jumlah orang miskin Indonesia. Bisa sekitar 200 juta orang. Dari 274,8 juta penduduk Indonesia sekarang.
Sekitar 200 juta orang miskin itulah yang sehari-hari sering butuh duit. Kelihatan dari jidatnya yang selalu berminyak. Mengkilap. Sedangkan data miskin versi BPS yang 27,54 juta orang, masuk kategori: Sangat-sangat butuh duit. Jidatnya dekil, tanpa sabun. Bermulut sambal.
Mereka-lah segmen market Pinjol. Mereka-lah yang mem-pahlawan-kan Pinjol. Terus, mampukah Pinjol melayani mereka?
Data situs resmi Otoritas Jasa Keuangan pada Selasa (19/10/21) menyebutkan:
"Sampai dengan 6 Oktober 2021, total jumlah penyelenggara fintech lending (Pinjol) yang terdaftar dan berizin di OJK adalah sebanyak 106 penyelenggara." bunyi situs resmi OJK, Selasa (19/10/21).
Dengan data tersebut, segmen market Pinjol resmi sekitaran 2 juta pengutang. Itu pula sebabnya, pemerintah tetap mendukung Pinjol resmi. Go ahead...
Meskipun, NPL Pinjol diprediksi (oleh aku) sekitaran 20% sampai 30%. Atau satu dari empat pengutang, gagal tagih. Habis, mau gimana lagi? (Dwo)